PROSES
PENGALENGAN RAJUNGAN
(PORTUNUS PELAGICUS)
Oleh :
Dwi Aryanti Lestari
Dibimbing oleh :
Nurdin Kasim, S.St.Pi, M.Si
Rafi Ohorella, S.St.Pi
Abstrak :
Rajungan (Portunus pelagicus)
merupakan anggota kelas Crustacea yang menjadi salah satu komoditas ekspor
penting dari Indonesia selain udang dan kepiting. Rajungan termasuk komoditas
ekspor penting karena memiliki daging yang sangat enak dan dapat diolah menjadi
berbagai macam masakan sehingga sangat diminati oleh para pecinta seafood. Rajungan
biasanya diekspor dalam bentuk rajungan beku tanpa kepala dan kulit serta dalam
bentuk olahan (kemas dalam kaleng)
PT.
Nuansa Cipta Magello, Makassar merupakan
salah satu industri perikanan yang bergerak dalam bidang rajungan kaleng.
Kegiatan pelaksanaan PKL yang dilaksanakan
4 bulan ini bertujuan untuk Menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan siswa dibidang pengolahan hasil perikanan, serta mengetahui dan mempelajari kegiatan
usaha perikanan di PT. Nuansa
Cipta Magello.
A. PENDAHULUAN
Hasil
perikanan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor terdiri atas
beberapa jenis yakni perikanan darat (ikan hasil empang dan tambak, udang, dll
), serta perikanan laut yang produknya meliputi Rajungan, udang, tuna, rumput
laut, dan lain-lain. Sejauh ini baru tuna , udang fillet dan rajungan yang
memiliki nilai cukup baik untuk diekspor (Irstiyanto, 2013).
Rajungan atau Portunus pelagicus merupakan hewan yang banyak terdapat di perairan
Indonesia. Rajungan banyak diminati oleh masyarakat baik di dalam maupun di luar
negeri, Rajungan banyak diminati di
negara-negara asing seperti Amerika. Karena rasanya yang gurih serta kandungan
protein yang tinggi. Setiap tahun permintaan rajungan makin bertambah pula.
Rajungan dipasarkan dalam bentuk kaleng yang sebelumnya telah mendapat berbagai
perlakuan.
Adapun alur
proses pengalengan rajungan kaleng yaitu: penerimaan bahan baku, penyortiran,
pengecekan ulang, pencampuran, pengisian dalam kaleng, penutupan kaleng,
pengkodean, pasteurisasi, chilling, pengemasan , penyimpanan akhir
, stuffing.
Berdasarkan
informasi-informasi di atas penyusun merasa tertarik untuk mengambil judul
pengalengan rajungan (portunus pelagicus).
Dengan harapan dapat mengetahui bagaimana cara memproduksi daging rajungan yang
baik dan benar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi lengkap dari Rajungan (Portunus pelagicus),
menurut Suwignyo cit Mirzads (2009), adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili : Portunidae
Genus :
Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
Portunus pelagicus (Rajungan) adalah kepiting yang
berenang dan mempunyai sepasang kaki renang yang dimodifikasi untuk mendayung.
Karapasnya bertekstur kasar dan lebar yang mempunyai proyeksi tertinggi di
setiap sudutnya. Capitnya panjang dan ramping. Rajungan merupakan binatang
aktif, namun ketika sedang tidak aktif atau dalam keadaan tidak melakukan
pergerakan, rajungan akan diam di dasar perairan sampai kedalaman 35 meter dan
hidup membenamkan diri dalam pasir di daerah pantai berlumpur, hutan bakau, dan
batu karang. Akan tetapi sekali-kali rajungan juga dapat terlihat berenang
dekat permukaan (Anonim cit Mirzads, 2009).
Di perairan Indonesia dijumpai ada
1.400 jenis. Jenis-jenis yang umum dijumpai di perairan Teluk Jakarta adalah
rajungan (P. pelagicus) dan kepiting (Scylla serrata). Di
antaranya yang berukuran cukup besar dan bisa dimakan adalah dari jenis Charybdis
feriatus dan Thalamitta prymna (Anonim, 2004).
Rajungan yang bernama latin Portunus pelagicus, merupakan jenis kepiting yang
sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup
mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut
(Anonim, 2007).
Daging kepiting dan rajungan
mempunyai nilai gizi tinggi. Kandungan protein rajungan lebih tinggi daripada
kepiting. Kandugan karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan
vitamin B1. Rata-rata per 100 gram daging kepiting dan rajungan berturut-turut
sebesar 14,1 gram, 210 mg, 1,1 mg, 200 SI, dan 0,05 mg/100 g (Anonim, 2007).
Portunus pelagicus merupakan jenis yang mempunyai
nilai ekspor tinggi dalam bentuk rajungan beku atau di kemasan dalam kaleng
(Anonim, 2004).
C. PEMBAHASAN
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
PT. Nuansa Cipta Magello Makassar adalah sebagai berikut :
1.
Penerimaan Bahan Baku
Receiving
atau
penerimaan bahan baku adalah tempat dimana daging (meat) mendapat perlakuan. bahan baku berupa daging rajungan kupas
yang berasal dari miniplant diberbagai
daerah seperti Makassar, Maros, Bone, Kendari, dan Takalar.
Bahan baku dikemas dengan
menggunakan wadah toples dan plastik kemudian di masukkan ke dalam styrofoam yang tertutup rapat dengan
perekat. Suhu penerimaan tidak kurang dari 50C.
Pada saat penerimaan dilakukan uji
organoleptik oleh QC dengan menerapkan sistem FIFO.
2.
Penyortiran
Tujuan sortasi
adalah mendapatkan hasil yang seragam, baik dalam hal kesegarannya, ukurannya,
jenisnya, maupun mutunya (Permana, 2013). Penyortiran dilakukan berdasarkan
jenis daging dengan tujuan untuk memisahkan daging dari sisa cangkang rajungan
dan benda asing (rambut,ulat, semut , plastik, dan bahan pengotor lainnya.
Dengan suhu ruangan 240C.
3.
Pengecekan
ulang dengan lampu UV
Pengecekan dengan menggunakan lampu
UV (ultra violet) merupakan proses
penyortiran ulang. Dengan tujuan agar tulang-tulang kecil dan benda-benda asing
yang masih terdapat pada serpihan daging dapat dihilangkan.
4. Pencampuran (Mixing)
Mixing merupakan pencampuran rajungan dari satu pemasok dengan
daging rajungan dari pemasok lain untuk
memperoleh kualitas daging yang baik. Formulasi daging yang dicampur telah
ditetapkan berdasarkan jenis daging dan standar yang ditentukan oleh buyer (pembeli).
5. Pengisian daging dalam kaleng (Filling)
Sebelum dilakukan pengisian daging
dalam kaleng dilakukan pencucian terlebih dahulu dengan menggunakan air panas
dengan suhu 600C. Setelah dilakukan pencucian pada kaleng
dilanjutkan dengan penambahan SAPP ( Sodium
Acid Phyrosphopate ) untuk bawahan dan atasan, dengan tujuan untuk
mempertahankan warna daging pada saat berada dalam kaleng.
Adapun
jenis-jenis produk pada proses pengalengan rajungan adalah :
1.
Produk
Claw Meat
Produk Claw Meat adalah produk daging yang dihasilkan dari daging rajungan
yang telah dipisahkan dari tulang-tulang kecil (shell) dan benda-benda asing yang masih terdapat pada daging.
Daging Claw Meat terbagi atas 3 jenis
daging yaitu daging solide, meros dan
campuran Claw meat. Ketiga jenis
daging tersebut terdapat pada bagian capit, kaki jalan, dan kaki renang pada
rajungan.
2.
Produk Super Lamp
Produk Super lamp yaitu berupa daging rajungan yang terdapat pada bagian
paha kepiting. Daging tersebut berwarna putih yang disebut dengan daging jus (jumbo undersize). Daging ini memiliki
bentuk agak bulat berwarna putih dan utuh. Berat daging 1,5 gram – 3,4 gram,
dalam proses penyusunan daging terdiri dari 3 lapisan yaitu :
·
Daging jus (jumbo
Undersize) utuh
·
Campuran jus
·
Daging jus ( jumbo undersize ) utuh
3.
Produk Jumbo
Daging jumbo merupakan daging rajungan yang masih utuh yang terdapat pada
bagian paha rajungan. Daging ini memiliki bentuk yang sama dengan daging jus
akan tetapi yang membedakan yaitu berat dagingnya. Daging jumbo memiliki ukuran
3,5 gram-9,9 gram. Dalam proses pengalengannya, jenis produk ini hanya terdiri
dari satu jenis daging saja yaitu daging jumbo.
Daging tersebut disusun secara teratur, biasanya daging tersebut disusun dengan
dua arah yaitu kiri dan kanan
4.
Produk Backfin (BF)
Apabila daging grade jumbo pecah atau
rusak (Broken Jumbo) masuk ke dalam grade Backfin. Daging backfin berasal dari daging rajungan
yang terdapat pada bagian dada rajungan.
Daging backfin berasal dari daging rajungan
yang terdapat pada bagian dada rajungan.
Proses pengalengan Backfin terdiri dari 3 lapisan yaitu
·
Daging Flower Utuh pada Lapisan Bawah
·
Campuran Backfin (daging putih/Broken Jumbo)
·
Daging Flower utuh (pada lapisan atas)
5.
Produk spesial
Daging spesial
berasal dari serpihan-serpihan daging antara flower dengan lamp
tunggal (serpihan jumbo).
Proses pengalengan spesial terdiri dari 3 lapisan yaitu :
·
Grazing (pada
lapisan bawah )
·
Campuran spesial
·
Grazing ( pada
lapisan atas)
6.
Penimbangan ( Weighing)
Daging yang sudah di masukkan dalam kaleng dilakukan
penimbangan akhir untuk mencapai berat 454 gram. Penimbangan ini bertujuan
untuk mncegah terjadinya kelebihan berat maupun kekurangan berat pada produk
akhir.
7.
Penutupan kaleng ( seaming
)
Penutupan kaleng dilakukan secara hermetis menggunakan
mesin double seamer, proses
pengepresan dilakukan kurang lebih 5 detik. setiap 1 jam diambil satu kaleng
untuk dilakukan pengecekan terhadap dimensi kaleng ( seaming teardown evaluation)
Tabel. Standar evaluasi pembongkaran seam kaleng di PT. Nuansa Cipta Magello
Pengukuran
|
Standar yang digunakan
|
Tinggi
kaleng
|
77,55
- 78,10 mm
|
Ketebalan
Seam
|
1,23
- 1,40 mm
|
Counter Sink
|
3,05
- 3,50 mm
|
Lebar
seam
|
2,80
– 3,17 mm
|
Kait
badan
|
1,80
- 2,24 mm
|
Kait
depan
|
1,80
- 2,18 mm
|
Overlap
|
Min
1,10
|
Bebas
kerut
|
Min.
70 %
|
Setelah
kaleng ditutup dilakukan pengkodean. Pemberian kode dilakukan pada bagian bawah
kaleng dengan menggunakan mesin coding jet print. Tujuan dari pengkodean
adalah untuk mempermudah pelacakan atau recall produk jika terjadi
masalah.
8. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah
pemasakan daging lunak seperti rajungan dengan suhu kurang dari 2120F(Permana, 2013) .
Proses
pasteurisasi
yang dilakukan di PT. Nuansa
Cipta magello merupakan proses pemasakan daging dalam kaleng pada suhu
1870 F selama 140
menit. Kaleng yang telah ditutup dan diberi kode dimasukkan ke dalam basket
untuk selanjutnya dipasteurisasi. Tiap basket berisi 72 kaleng. Pasteurisasi
dilakukan pada bak pasteurisasi yang telah terisi air bersih. Sumber panas
pasteurisasi berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler dan disalurkan
dengan pipa khusus ke bak pasteurisasi. di dalam bak pasteurisasi juga dialiri gas yang
menimbulkan gelembung udara yang berasal dari kompresor dan bertujuan untuk
meratakan panas. Pasteurisasi dilakukan selama 140 menit pada suhu 187oF.
9.
Pendinginan
(Chilling)
Proses
pendinginan merupakan perlakuan thermal shock pada produk dengan
pendinginan pada suhu 320F selama 2 jam menggunakan air bersih
sebanyak + 2600 liter. Kemudian ditambahkan dengan es
sebanyak 109,2 ml dari 0,42 dalam 10 liter air dengan konsentrasi klorin 5 ppm.
Pada setiap tank chilling terdiri
dari 8 basket besi dan setiap satu basket diberi es sebanyak satu basket
sebagai atasan. Proses ini dilakukan segera setelah produk diangkat dari bak
pasteurisasi.
Pada tahap pendinginan
juga dilakukan pemantauan secara berkala terhadap suhu air dan produk
menggunakan termometer manual dan sensor suhu. Hasil rekaman suhu digunakan
untuk menentukan nilai f-value produk. F-value menunjukkan
tingkat kematangan produk dan tingkat keberhasilan proses pasteurisasi dan
pendinginan dalam kemampuan proses untuk mematikan organisme target (bakteri
pembentuk spora yang tahan panas). Selama
pendinginan, suhu dipertahankan pada kisaran 32oF selama 120 menit.
Bak pendingin juga dialiri gas yang menimbulkan gelembung udara yang berasal
dari kompresor dan bertujuan untuk meratakan suhu. Proses ini ditujukan untuk
membunuh bakteri thermofilik yang
belum mati saat pasteurisasi. Setelah proses pendinginan selesai biasanya
dilakukan pengecekan kembali pada kaleng.
10.
Pengemasan
(Packing)
Proses pengemasan menggunakan master
carton yang dilapisi lilin yang dapat memuat 12 kaleng. yang sebelumnya
pada bagian bawah master carton telah diberi pelapis berupa corrugated sheet,
begitu pula pada bagian atas kaleng.
11.
Penyimpanan (Cold Storage)
Di PT. Nuansa
Cipta Magello Produk yang telah dikemas dimasukan dalam chill storage
dengan suhu ruangan 00_±20C.
Penyimpanan dilakukan dengan menerapkan sistem FIFO (First In First Out),
Penyimpanan produk akhir dengan ketinggian yang tidak melebihi garis pembatas
(tidak melebihi ketinggian alat pendingin), dan diberi jarak dengan dinding 5
cm serta produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai sehingga penumpukan
menggunakan alat penunjang yaitu pallet.
12.
Stuffing
Stuffing merupakan proses pengangkutan
produk akhir dari cold
storage ke
container untuk ekspor. Stuffing dilakukan dengan memperhatikan
parameter suhu selama pengangkutan. Suhu dipertahankan berkisar antara 00C-70C.
Selama proses stuffing produk
di masukkan
dalam container dengan penyusunan berdasarkan jenis produk dan nomor
urut master carton. Jenis produk dimasukkan secara berurut dari awal
hingga akhir yaitu claw meat, spesial, lump, super lump, jumbo, dan collosal
dengan produk claw meat dibagian paling dalam container diikuti spesial,
lump, super lump, dan jumbo Persiapan dokumen ekspor juga
dilakukan sebelum proses stuffing, seperti surat keterangan jalan untuk
ekspor dan hasil pengujian laboratorium terhadap mutu produk akhir seperti
kandungan kloramfenikol dan mikrobiologi.
A.
KESIMPULAN
Adapun
Kegiatan proses pengalengan (Portunnus
pelagicus) rajungan yang dilaksanakan di PT.Nuansa Cipta magello dimulai
dari penerimaan bahan baku , penyortiran , pengecekan lampu uv, pencampuran,
pengisian dalm kaleng, penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi,
pendinginan, pengemasan , penyimpanan, dan stuffing.
Pengalengan
rajungan terdiri dari beberapa jenis produk seperti : Claw meat , super lamp ,backfin , spesial , jumbo and colossal
Agar dapat menghasilkan produk yang baik seharusnya
para karyawan menerapkan alur
proses yang telah ditetapkan, dilakukan pengawasan
terhadap karyawan terutama pada saat penyortiran
dan dilakukan pengecekan daging setiap jam oleh QC
Coba tata letak posting di perbaiki.. diperlebar dikit
BalasHapusiya pak
BalasHapusjenis daging kenapa tidak ada jumbo lump dan colosan atau imperial lump?
BalasHapusreviced : jumbo sudah ada
BalasHapusmenurut saya yang perlu adanya kajian ke technologi pengolahannya. dalam pembahasan semestinya di tampilkan mengenai alasan seaming menggunakan double seaming.Tujuan adanya Thermal shocking, penambahan chlorin. kenapa mengunakan suhu seperti tertera di atas. kalau menurut saya masih banyak pertanyaan jika kita mambaca laporan saudari. thanks
kalaw Kaitannya dengan pH dan AW gimana pak ?
BalasHapussuper lamp?
BalasHapusTerima Kasih banyak kak.
BalasHapusBaccarat: What's the Difference? | FEBCASINO
BalasHapusThe difference is that most of the rules of Baccarat are just febcasino the basic rules, like kadangpintar money betting. In most cases, 샌즈카지노 the bettor can't place an